Minggu, 09 Desember 2012

Khutbah Jumat Larangan Memutuskan Persaudaraan



Khutbah Jumat

LARANGAN MEMUTUSKAN PERSAUDARAAN

Oleh : Mujib Edikara, M.Pd.I

 

 

 

 
 

Salah satu diantara mereka tidak dikatakan memiliki iman yang sempurna manakalah belum bisa mencintai  saudaranya seperti dia mencintai dirinya.

 

Ma’syiral Muslimin

Kalau kita memahami secara seksama apa yang dipesankan Rasulullah tersebut, insyaallah tidak akan ada diantara kita yang sakit hati, tidak ada kekecewaan diantara kita…. Tetapi yang ada insyaallah saling cinta dan kasih antar satu dengan yg lainnya.

 

Ma’asyiral Muslimin

Dulu kala ada seorang ‘alim yang hari-harinya digunakan untuk beribadah di Masjidil Haram, suatu waktu beliau meninggal dunia. Rentang waktu yang tidak lama datanglah seorang pemuda menemui keluarganya perihal menanyakan soal barang miliknya yang pernah dititipkan kepada Almarhum beberapa waktu yang lalu ketika beliau Almarhum berada di Masjidil Haram. Pihak keluarga ternyata tidak tahu soal barang tersebut karena Almarhum memang tidak pernah bercerita. Yang bisa diperbuat oleh keluarga hanya bisa menyarankan kepada si pemuda untuk mendatangi seorang ‘alim yang ada disekitar Masjidil Haram yang kebetulan beliau juga sahabat dekat Almarhum. Begitu sampai di rumah orang ‘alim tersebut, si pemuda bercerita tentang apa yang pernah terjadi dengan Almarhum, ternyata si orang ‘alim juga tidak pernah dititipi pesan oleh Almarhum.  Akan tetapi si ‘alim punya solusi….beliau menyarankan kepada sipemuda untuk melakukan towaf di ka’bah dan shalat sunnah 2 rakaat setelah itu disuruh memanggil Almarhum dari bibir sumur Zam-Zam.

Tepat tengah malam si pemuda langsung melaksanakan saran orang ‘alim tersebut, thawaf, shalat setelah itu sipemuda datangi sumur Zam-Zam dan sampaikan salam kepada syeh jalil, 3x salam ternyata tidak ada jawaban.

 

Akhirnya sipemuda datangi kembali orang ‘alim yg telah memberi saran kemarin. Sipemuda tuturkan apa yang terjadi “ bahwa syeh Jalil tidak berada pada sumur Zam-Zam” ….Masyaallah jawab si ‘alim tersebut, apa gerangan yang terjadi pada saudaraku, kalu begitu entar malam lakukan thawaf dan shalat seperti yang kemarin lantas datangi Bir Hud (sumur Hud) yang berada di kolam yamani. Pendek cerita si pemuda lakukan apa yang menjadi saran siorang ‘alim seperti malam kemarin. Thawaf dan shalat setelah itu langsung datangi sumur Hud dan sampaikan salam di bibir sumur Hud. Salam pertama belum ada jawaban begitu salam yang kedua terdengar jawaban salam dengan suara yang tersendat-sendat, dengan ijin Allah tampak bayangan tubuh seorang laki-laki yang tidak lain adalah syeh Jalal…. anehnya beliau menampakkan wajahnya dengan leher terikat oleh rantai besi seraya berkata wahai  anak muda beginalah nasibku sekarang dan barangmu aku simpan disebelah kanan pintu masjid coba kamu gali disitu akan kamu temukan barangmu…..dengan sisa-sisa keberanian sipemuda bertanya kepada syeh, wahai syeh kenapa ini bisa terjadi bukankah engkau adalah orang yang ahli ibadah dll. Jawab syeh Jalil”benar” tapi sekarang aku telah divonis oleh Allah termasuk kelompok orang yang memutuskan tali persaudaraan , kenapa , tanya sipemuda “ syeh jalal menjawab “ dulu semangsa hidup aku diundang oleh saudara perempuanku untuk menghadiri acara hajatan dia, karena aku lebih senang menyibukkan diri untuk Ibadah sehingga tidak ada waktu untuk hadir…tapi ternyata adik perempuanku merasa kecewa,sakit hati karena perbuatanku itu dan hingga aku mati dia belum mau memaafkanku”….. kata syeh ...wahai anak muda aku rasa cukup pertemuan ini.

 

Ma’asyiral Muslimin

Pagi harinya sipemuda datangi kembali orang ‘alim yang tak lain adalah teman almarhum, dia ceritakan semua apa yang dia saksikan…lansung si ‘alim terkejut sambil mengucap Masyaallah….. kalau begitu segera sampaikan kabar ini kepada keluarganya. Langsung sipemuda datangi

keluarga syeh Jalil ia ceritakan apa yang terjadi pada diri Almarhum, si keluarga hampir tidak percaya karena sepertinya itu semua tidak mungkin terjadi pada diri Almarhum karena Almarhum termasuk orang yang tidak pernah putus-putusnya ibadah semangsa hidupnya di Masjidil Haram….. tapi karena sipemuda adalah orang yang baik dan  tulus akhirnya keluarga Almarhum percaya. Dan dia langsung mengajak pemuda tersebut menemui bibinya untuk mengharapkan maaf atas kesalahan ayahnya. Begitu sampai dirumah bibinya , keluarga almarhum langsung minta maafkan atas kesalahan ayah eh ternyata bibinya diam seribu bahasa …berkali-kali keluarga berharap si bibi tetap tidak mau memaafkan kakaknya. Lantas keluarga menyuruh pemuda tersebut untuk bertutur kisah tentang apa yang telah dialami kakanya dialam kubur…. Begitu sipemuda cerita secara sepontan bibinya menjerit Masyaallah kalau itu yang terjadi sekarang aku maafkan kakakku.

 

Ma’asyiral Muslimin

Dengan hati yang legah pulanglah sipemuda dengan keluarga Almarhum. Dan esuk harinya datanglah sipemuda menemui kembali orang  ‘alim. Dia sampaikan “kalau saudaranya sudah memberi maaf kepada syeh Jalil” Alhamdulillah tutur orang ‘alim….kalu begitu entar malam lakukan hal yang sama di Masjidil haram kemudian panggil syeh Jalil dari sumur Zam-Zam. Malam harinya sipemuda lakukan thawaf dan shalat setelah itu ia langsung datangi sumur Zam-Zam dipanggillah syeh Jalil dari dari bibir sumur…..assalamu’alikum syeh Jalil. Dengan seijin Allah langsung sepontan ada jawaban dan tampak syeh Jalil tersenyum dengan pakaian yang serba Indah seraya berkata “  aku sangat berterima kasih  kepadamu wahai anak muda , kalau sekiranya kamu tidak menitipkan hartamu kepadaku dan aku tidak menerimanya dengan keilkhlasanku mungkin aku tidak akan selamat dari siksa api neraka. Walaupun dahulu semangsa hidupku aku tanpa henti-henti beribadah kepada Allah, tapi semua itu tiada artinya ketika aku punya kesalahan kepada orang lain, apalagi orang itu adalah saudaraku. Sehingga aku di vonis bersalah karena memutuskan tali silaturrahmi”

 

 

KHUTBAH JUM’AT


KHUTBAH JUM’AT

Tiga Kenikmatan Hidup

Oleh Mujib Edikara, M.Pd.I

 

 

Maisyiral Muslimin Rahimakumullah

Setiap manusia, apalagi sebagai muslim kita tentu  mendambakan kehidupan yang menyenangkan di dunia ini, bahkan kalau perlu seolah-olah dunia ini menjadi milik kita. Untuk bisa merasakan kehikmatan hidup di dunia ini, ada tiga perkara yang harus dicapai oleh seorang muslim, hal ini disebutkan dalam hadits Nabi:

Barangsiapa yang di pagi hari sehat badannya, tenang jiwanya dan dia mempunyai makanan di hari itu, maka seolah-olah dunia ini dikaruniakan kepadanya (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

 

Maisyiral Muslimin Rahimakumullah

Badan yang sehat merupakan suatu kenikmatan tersendiri bagi manusia yang                            tidak ternilai harganya. Apa artinya harta yang berlimpah dengan mobil yang mahal harganya, rumah yang besar dan bagus, kedudukan yang tinggi dan segala sesuatu yang sebenarnya menyenangkan untuk hidup di dunia ini bila kita tidak sehat. Oleh karenanya kesehatan bukan hanya harus dibanggakan dihadapan orang lain, tapi yang lebih penting lagi adalah harus disyukuri kepada yang menganugerahkannya, yakni Allah Swt.

Maisyiral Muslimin Rahimakumullah

Syukur dalam arti selalu menjaga kesehatan tubuh , mengatur segala keseimbangan yang diperlukan serta mau  memanfaatkan kesehatan jasmani dengan segala kesegaran dan kekuatannya untuk melakukan berbagai aktivitas yang menggambarkan pengabdian kita kepada Allah Swt.

Namun yang amat disayangkan dan ini diingatkan betul oleh Rasulullah Saw adalah banyak manusia yang lupa dengan kondisi kesehatannya. Saat sehat ia tidak mencegah kemungkinan datangnya penyakit, tidak memenuhi hak-hak jasmani dan tidak menggunakan kesehatannya  untuk melakukan aktivitas pengabdian kepada Allah SWT,  Rasulullah Saw bersabda:

 

Ada dua nikmat yang sering dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang (HR. Bukhari).

 

Maisyiral Muslimin Rahimakumullah

Kedua, yang harus dicapai seorang Muslim agar bisa merasakan kenikmatan dunia adalah……kita harus memiliki Jiwa yang tenang.

Apa artinya manusia memiliki jiwa yang sehat bila jiwanya tidak tenang, bahkan badan yang sakit sekalipun tidak menjadi persoalan yang terlalu memberatkan bila dihadapi dengan jiwa yang tenang,  Jiwa yang tenang adalah  modal yang besar untuk bisa sembuh dari berbagai penyakit.

Jiwa yang tenang adalah jiwa yang selalu berorientasi kepada Allah Swt, karena itu,…… orang yang ingin meraih ketenangan hidup, ia harus  jalani kehidupan ini dengan segala aktivitasnya hanya karena Allah, dengan ketentuan yang telah digariskan Allah dan hanya untuk meraih ridha dari Allah Swt.

Maisyiral Muslimin Rahimakumullah

 

Dengan demikian, sumber ketenangan hidup bagi seorang muslim adalah keimanan kepada Allah Swt dan ia selalu berdzikir kepada Allah dengan segala aplikasinya, Allah Swt berfirman QS AR Ra’du ayat 28
t

artinya: Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram (tenang) dengan mengingat Allah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenang (QS 13:28).

Maisyiral Muslimin Rahimakumullah

Oleh karena itu, keimanan kepada Allah yang merupakan sumber ketenangan akan membuat seorang muslim merasa senang untuk mendapatkan beban-beban

berat dan tidak ada kegelisahan sedikitpun di dalam hatinya dalam menjalankan tugas-tugas yang berat itu. Abu Na’im dan Ibnu Hibban  meriwayatkan bahwa para sahabat Nabi bahu membahu membawa satu persatu batu bata yang besar untuk membangun masjid. Tapi Ammar bin Yasir justeru membawa dua tumpukan batu bata besar. Ketika Nabi melihatnya, beliau membersihkan debu dari kepala Ammar sambil bersabda: “Wahai Ammar, tidakkah cukup bagimu untuk membawa seperti yang dilakukan para sahabatmu?”. Ammar menjawab: “Saya mengharapkan pahala dari Allah”. Lalu Nabi bersabda: “Sesungguhnya Ammar memiliki keimanan yang penuh dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya atau tulangnya”.

Maisyiral Muslimin Rahimakumullah

Seseorang yang memiliki jiwa yang tenang , seandainya kematian akan menjemput dirinya, keimanan kepada Allah dengan segala aplikasinya tidak akan membuat orang tersebut  takut kepada kematian, bahkan ia akan sambut kematian itu dengan jiwa yang tenang pula, Allahpun memanggilnya dengan panggilan yang menyenangkan: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS 89:27-30).


 

Dengan demikian, jiwa yang tenang membuat kehidupan manusia bisa dijalani dengan sebaik-baiknya dan akan memberi manfaat yang besar, tidak hanya bagi dirinya tapi juga bagi orang lain, sedangkan kematiannya justeru akan menjadi kenangan manis bagi orang yang hidup dan ia akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki dengan masuk ke dalam surga dengan segala kenikmatan yang tiada terbayangkan.

 

    

الخ    با رك الله  لى ولكم فى القران العظيم

وقل رب  اغفر وارحم وانت خير الراحمين